BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Sunday 6 June 2010

Kasih Itu Rahmat Tuhan


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Pernahkah anda menatap wajah orang-orang terdekat dengan anda ketika ia sedang tidur? Kalau belum, cubalah sekali sahaja menatap wajah-wajah ketenangan mereka ketika sedang tidur. Ketika itu yang kelihatan adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.


Seorang artis yang ketika di panggung, di layar perak, di kaca tv begitu cantik dan gemerlapan pun boleh jadi akan kelihatan sederhana dan jauh berbeza jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tidak akan kelihatan wajah bengisnya.


Perhatikanlah ayah anda ketika beliau sedang tidur. Sedarilah, betapa badan yang dulu sasa dan gagah itu kini semakin tua dan lemah, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang setiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah rela melakukan apa sahaja asalkan perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.


Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm... kulitnya mulai kerepot dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar kerana tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus keperluan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata kerana rasa kasih dan sayang.


Cubalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, Suami, Isteri, Kakak, Abang, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya. Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan-lahan ketika menatap wajah yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutup oleh kesalah-fahaman kecil yang entah kenapa selalu sahaja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu dapat kelihatan lagi melalui wajah-wajah jujur mereka ketika sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.


Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : "betapa lelahnya aku hari ini". Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tidak lain adalah kita. Suami yang bekerja keras mencari nafkah, isteri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, abang, adik, anak, dan sahabat yang telah melalui hari-hari suka dan duka bersama kita.


Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika terganggu jika mengingat itu semua. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika keesokan hari mereka; orang-orang yang dikasihi itu tidak lagi membuka matanya, selama-lamanya...






Aku hidup dalam kenangan,
Imbauan rindu sering bertandang,
Sumber kekuatan di akan datang.




0 comments: