BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Tuesday 29 June 2010

Pelihara Dirimu Dan Keluargamu Dari Neraka


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته



(سورة التحريم)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ (٧) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)





Terjemahan:

(6) Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

(7) Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.

(8) Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (At-Tahriim 66:6-8)




Tafsir Ayat:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.

Maksudnya: Hai orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan RasulNya, hendaklah kamu mengajar sebagian yang lain tentang perkara yang boleh menyelamatkan kamu daripada azab api neraka. Iaitu dengan mentaati Allah dan melaksanakan titah perintahNya. Dan selanjutnya kamu juga wajib mengajar ahlimu (keluargamu) agar mengamalkan apa-apa yang boleh menghindarkan mereka daripadanya iaitu dengan menasihati dan membimbing mereka agar mematuhi perintah Allah.

Diriwayatkan bahwa ketika ayat di atas diturunkan, Omar Bin Al-Khattab bertanya kepada Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): Kami sudah memelihara diri kami dari neraka, lalu bagaimana pula cara kami memelihara keluarga kami daripadanya? Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda:


“Kamu larangkan mereka daripada melakukan apa yang Allah telah larangkan kepada kamu, dan kamu suruh mereka melakukan apa yang telah Allah telah suruh kepada kamu. Itulah cara menghindarkan mereka daripada neraka”.


Dan maksud ayat di atas menurut Saidina Ali (ra) pula ialah:


“Ajarkanlah dirimu dan keluargamu Al-Khair (perkara yang baik) dan bimbinglah mereka”. (Ibnu Munzir dan Al-Hakim)


Dan yang dimaksudkan dengan Ahli di sini ialah isteri, anak, ‘abd (hamba lelaki), amah (hamba wanita). (lihat Tafsir Al-Maraghy: Juz 28-30 halaman 162). Dan jika kita perluaskan skopnya pada hari ini juga termasuk pembantu rumah dan pekerja-pekerja di bawah jagaan kita. Ini sesuai dengan kehendak Nabi (sallallahu alaihi wasalam):


“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap kamu akan ditanya(bertanggungjawab) tentang orang yang dipimpinnya”.[Hadis Sahih Riwayat Bukhari]


Seiring dengan maksud ayat di atas, Allah juga berfirman tentang kewajipan di atas pada ayat yang lain, antaranya:

1. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat dan sabarlah kamu dalam mengerjakannya” (Thaaha :132)

2. “Dan berilah peingatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat”. (Asy-Su’araa :124).


Jadi jelaslah dari huraian di atas bahwa tanggungjawab kita masih belum sempurna kalau hanya berusaha menghindarkan diri sendiri dari azab neraka, sedangkan keluarga kita abaikan dan tidak dibimbing supaya mentaati Allah. Taat kepada Allah mengandungi dua makna:


1. Melakukan suruhanNya
2. Menjauhi laranganNya.


Jadi taat kepada Allah sama dengan makna taqwa kepada Allah.

Dan untuk mengetahui secara pasti apakah sebenarnya faktor yang sangat menolong kita agar terhindar daripada azab Allah yang maha pedih? Perhatikanlah penjelasan langsung dari Allah dalam surah Ash-Shaff :10-11 di bawah ini:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakan kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya”.

Jadi berdasarkan ayat di atas nyatalah bahwa faktor yang paling utama itu ialah Iman dan Amal Saleh. Oleh itu selain kita mesti memperkemaskan iman dan amal saleh kita secara peribadi, dan pada saat yang sama kita juga mesti berusaha memperkemaskan kedua-dua faktor itu untuk ahli kita.



Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan

Maksudnya: Bahan bakar neraka ialah manusia dan batu. Manusia maksudnya kafir, dan batu pula maksudnya batu berhala yang disembah oleh musyrikin. Dan Allah menyerahkan tugas untuk menjaga neraka dan menyiksa penghuninya kepada Malaikat-malaikatNya yang sifat-sifat mereka sangat keras dan bengis; Mereka tidak mempunyai sifat belas kasihan dan tolak ansor kepada orang yang disiksanya. Tetapi jika ditinjau dari sudut lain pula mereka adalah makhluk yang sangat taat kepada Allah dan tidak pernah durhaka kepadaNya. Mereka senantiasa bersiap sedia melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Allah.

Di antara sifat malaikat yang ditonjolkan dalam ayat di atas ialah mereka tidak degil (‘inaad) dan tidak malas (kasal).

“yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka” mengandungi makna tidak degil dan “selalu mengerjakan apa yang diperitahkan” pula mengandungi makna tidak malas.



Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini.Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan

Maksudnya: Ayat ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat nanti tidak ada faedah alasan atau taubat orang-orang yang durhaka. Masa taubat dan menyatakan keuzuran telah berlalu. Penyesalan sudah tidak berguna lagi. Mengapa demikian? Karena hari itu adalah hari pembalasan bukan hari beramal lagi. Dan karena kamu telah mengotori dirimu dengan kekufuran dan bergelimang maksiat di dunia dulu, maka pada hari ni terimalah balasan setimpal akibat perbuatan kamu itu.

Dan setelah menyatakan bahwa taubat pada hari tersebut tidak ada gunanya, maka pada ayat berikut Allah SWT mengingatkan hamba-hambaNya agar segera “taubat nashuha”:


Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai

Maksudnya: Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya agar segera bertaubat kepadaNya dengan taubat nashuha. Berhenti melakukan dosa dan segera kembali ke jalan yang diredhaiNya. Dengan demikian, Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam syurga yang penuh dengan nikmat dan keseronokan.

Nashuha maknanya ikhlas dan murni. Jadi taubat Nashuha maknanya taubat yang memenuhi tiga syarat:


1. Iqlaa’ (meninggalkan dosa)


2. Nadam (menyesali)


3. ‘Azam (bercita-cita untuk tidak mengulanginya lagi).



Dan jika dosanya ada hubungan dengan manusia lain maka syarat yang ke (4) ialah mengembalikan milik orang tersebut atau mohon ampunan kepadanya.

Ibnu Abbas (ra) berkata: Taubat Nashuha ialah seseorang menyesali dosa masa silam yang pernah dilakukannya, memohon ampunan daripada Allah dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi sebagaimana susu tidak lagi kembali ke teteknya (dhar’).
[Dikeluarkan oleh Ibnu Mardawiyah]


Pandangan ini juga diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas’ud, Ubay Bin Ka’ab, Al-Hassan dan lain-lain sahabat lagi.

Allah menggunakan kata ( عَسَى ) = mudah-mudahan atau barangkali, dalam ayat di atas yang membawa faedah: sangat mengharapkan ampunan daripada Allah, walaupun Allah telah berjanji akan mengabulkan taubat hambaNya. Ini sebagaimana bandingannya kata-kata Sultan atau Raja: “Sekiranya mereka betul-betul menginginkannya, barangkali (عَسَى ) kami akan kabulkan permohonan mereka.

Makna tersirat dari ayat ini ialah bahwa pengkabulan doa dan pengampunan dosa serta memasukkan mereka ke dalam syurga yang penuh nikmat adalah fadhilat atau kurnia daripada Allah. Jadi peranan taubat kita tidaklah mewajibkan ke atas Allah untuk memberikan senua itu, Oleh itu sewajarnyalah kita selaku hambaNya senantiasa berada dalam keadaan antara takut (khauf) dan harap (raja’), walaupun bagaimana banyaknya ibadah yang sudah kita lakukan.

Kemudian pada ayat berikutnya Allah SWT menjelaskan pula keadaan Nabi dan pengikut yang beriman kepadanya serta tanda-tanda kejayaan yang akan mereka terima di akhirat nanti.



Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Maksudnya: Pada hari pembalasan nanti Allah akan memberi kemuliaan dan penghormatan serta nikmat yang sempurna kepada Nabi (sallallahu alaihi wasalam) dan umatnya yang setia beriman dan beramal mengikuti syare’atnya. Mereka sekali-kali tidak dihinakan oleh Allah, malahan mereka disinari dengan cahaya dari hadapan ketika mereka berjalan, dan disinari dari arah kanan ketika amalan mereka di hisab, Ini karena mereka menerima buku catetan amalan mereka dari sebelah kanan yang penuh dengan cahaya dan keberkatan.

Ketika itulah mereka memohon kepada Allah: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Mereka mohon agar Allah jangan padamkan cahaya mereka ketika melalui titian “Shirathal Mustaqim” sehingga mereka sampai ke dalam syurga dengan selamat. Mereka juga memohon agar Allah tutupi kesalahan-kesalahan mereka, dan jangan didedahkan di khayalak ramai pada hari berhisab.

Mereka memohon demikian karena mereka melihat nasib malang yang menimpa orang-orang munafiq yang Allah padamkan cahaya daripada mereka sehingga tinggal dalam kegelapan. Tidak tahu ke mana hendak dituju, akhirnya tergelincir dari titian dan berjatuhan ke dalam neraka, wal ‘iyadzu billah. Ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah (Al-Hadid 57:13):


يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ
“Pada hari ketika itu orang-orang munafiq lelaki dan wanita berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”.



Ukuran cahaya yang akan menerangi seseorang di akhirat nanti sangat bergantung pada amal salehnya. Ada cahaya yang besarnya seperti pokok korma, sebesar badan manusia dan ada pula hanya sebesar ibu jari, itupun berkelip-kelip sesekali bercahaya dan sesekali padam, wal ‘iyadzu billah.

Mereka mengakhiri doa mereka dengan: “Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Ini memberi makna bahwa yang mampu dan berkuasa menyempurnakan cahaya kita di akhirat nanti dan mengampuni dosa-dosa kita hanya Allah SWT.




Kesimpulan:


1. Selain mesti memperbaiki diri, manusia juga mesti memperbaiki keluarganya terutama isteri, anak dan pembantunya.



2. Sikap sesetengah muslim yang hanya sibuk memperbaiki diri sendiri tetapi mengabaikan pendidikan iman dan amal saleh keluarganya adalah sikap yang keliru.



3. Faktor utama yang perlu kita miliki supaya terhindar dari siksaan yang pedih ialah kita mestilah memurnikan Tauhid (Akidah) dan mempertingkatkan amal saleh.



4. Taubat dan penyesalan tidak berguna lagi pada hari berhisab nanti karena hari itu pembalasan amal bukan lagi hari beramal. Manusia akan mendapat cahaya sesuai dengan kadar amal masing-masing.



5. Amalkan doa ini selalu:



رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.




Aku hidup dalam kenangan,
Imbauan rindu sering bertandang,
Sumber kekuatan di akan datang.



Sumber artikel/ Rujukan 

0 comments: