BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Saturday, 19 June 2010

Teka Teki Kehidupan

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Tiba-tiba kepala ummi diilhamkan untuk menulis sesuatu berkaitan kehidupan. Teka teki kehidupan setiap manusia. Perjalanan hidup manusia berbeza antara satu sama lain walaupun kita melalui jalan yang sama , menuju ke destinasi yang sama.


Semalam sudah berlalu. Semalam adalah sejarah yang tak akan berulang kembali. Masa depan pula penuh dengan ketidakpastian. Penuh dengan persoalan.





Siapa pasangan kita? Berapa anak kita? Dimana,kemana dan berbagai lagi persoalan berkaitan kehidupan, namun adakah pernah kita menyoal kemana kita setelah kehidupan di dunia ini?


Ketika  masih kecil, senang rasanya bermain-main dengan air, entah di kolam renang, di sungai yang airnya jernih dan segar, di danau sambil menemani ayah memancing, atau bermain dengan ombak-ombak kecil di pantai. Berdasarkan apa yang kita lihat sepertinya air tetap di tempatnya, air sungai tetap menjadi air sungai, air di danau tetaplah air danau, dan air laut adalah air masin yang entah bagaimana dapat menyusun sebuah ombak yang memecah bibir pantai.

Tanpa kita sadari air tersebut terus mengalir, menuju muara laut di mana mereka akan bertemu dan membuat kitar baru. Tanpa terlihat mata, namun itulah yang terjadi pada setiap percikan air yang membuat hati kita riang.

Demikian pula kehidupan, walaupun masih menjadi suatu misteri namun kita ibaratkan saja kehidupan bagaikan air yang mengalir. Kita tak pernah menebak di mana ia akan berhenti, apa yang akan terjadi di kemudian hari, yang jelas kehidupan juga terus mengalir menuju suatu muara yang telah ditetapkan Yang Maha Kuasa.





Adakalanya kita sering merasa jenuh,bosan dan hampa, seiring dengan aktiviti harian  yang semakin padat, masalah yang datang bertubi-tubi bagaikan ombak yang menerpa pantai di siang hari, tajam, dahsyat dan tak berhenti menyerang. Dari situ kemudian rasa jenuh itu membuat kita merasa ingin berhenti dan membuatnya sebagai akhir, beberapa tindakan tak rasional yang tidak dewasa dilakukan, ada yang meneguk  racun pembasmi serangga (padahal sebenarnya ia tahu abc di ujung jalan lebih segar dan manis rasanya), ada pula yang terjun dari tingkat  sekian sebuah menara (walau saat melihat adegan di TV terasa gayat karena takut), beberapa lainnya menghiris pergelangan tangan yang seharusnya dihiasi dengan kristal,  aksesori yang akan mempercantik dirinya.

Mereka mungkin lupa bahwa air tak pernah berhenti mengalir, walau pada akhirnya bermuara di laut, tetapi air masih mengikuti kitarnya, menguap menjadi awan dan turun lagi ke bumi dalam bentuk hujan atau embun. Sesekali mungkin air tersebut jatuh menerpa bebatuan kapur, granit dan keras, di waktu lain menerpa kelopak bunga indah yang sedang mekar. Kedua hal tersebut boleh memiliki sisi berlainan, yang menurut kita jatuh di atas batu granit berarti sebuah duka dan di atas kelopak bunga ibarat rasa suka. Suka maupun duka, air tersebut tetap akan mengalir menuju muara dan kembali mengikuti kitarnya, itulah yang harus kita sadari dan kita pegang selalu.

Hidup kita boleh berada dalam duka, ataupun di dalam suka, tertawa dan merasa bahagia, atau menangis merasakan derita, namun tetaplah bersemangat dan mengikuti ke mana kehidupan mengalir ke muara. Di situlah letak seni dan kebahagiaan sejati berada, di mana kita dapat menjadi berarti dan mampu menikmati setiap hal yang kita dapat di setiap kita berpijak.




Aku hidup dalam kenangan,
Imbauan rindu sering bertandang,
Sumber kekuatan di akan datang.




1 comments:

Bakawali Gunung said...

kita harus selalu ingat “di mana kita sekarang”, “dari mana kita berasal” dan “hendak ke mana kita menuju”.